Welcome to Muhammad Moulya Yamada's Blog

Welcome to Muhammad Moulya Yamada's Humble Blog

Tuesday, January 8, 2013

Tumbler Warna Pink

Saya dan Sinung di sebuah warung tenda seafood di Semarang.


Suatu ketika saya terkejut membaca sebuah tulisan dari seorang alumni ESQ di Semarang. Belakangan saya terkagum karena tulisannya bagus-bagus. Dan lebih terkejut lagi karena ia membuat satu tulisan tentang saya.
Berikut saya muat salah satu tulisannya tersebut tersebut di blog saya ini. Semoga bermanfaat.

Muhammad Moulya Yamada (Nicco Aulia).

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Tumbler Warna Pink

‘PING!!!’ BBku bergetar.

‘Mas Fahmi ada agenda nggak hari ini?’ BBM dari Tala.
‘ Agenda di kosan aja sih, kenapa?’ balasku singkat.
‘nemenin astern dari Bogor yuk. Namanya Mas Nico. Dia sama temennya disini nginep di deket kantor Indosat. Nah yang dinginepin itu nggak di Semarang. Kalau seharian ini nggak ada acara, ngajakin jalan kek kemana, yuk.’ Wuih, panjang bener BBMnya.
‘oh, oke-oke. Aku free kok. Kapan, sekarang?’
‘tar deh aku kabarin lagi.’
Serius mau keluar lagi? Nggak ngerjain skripsi aja? Kurang satu bab lagi lho ya.

Pertanyaan itu meletup-letup dalam pikiranku. Hal ini sering terjadi padaku. Gonjang-ganjing jiwa-jiwa yang merana. Terlalu sering menerima kondisi dilema.
Aku serig meninggalkan prioritasku untuk aktifiti-aktifiti lain. aktifiti yang kadang aku paksakan untuk menjadi prioritas juga. Akhirnya terjadilah prokrastinasi. Kata temen yang anak psikologi, artinya adalah sikap suka menundanunda pekerjaan. Oh God. Ini adalah masalahnya mahasiswa banget, gue rasa tak hanya aku yang mengalami ya…
Sebenarnya dari sikap menunda semacam ini, aku sudah tahu konsekuensinya. Resiko yang paling sering terjadi adalah lembur. Sehingga aku bisa memaafkan dan memaklumi diriku sendiri. Ditambah lagi, diam-diam aku mempunyai kekuatan hebat. Sejenis energy yang menggelegar yang kadang sangat kreatif dan memesona saat deadline mulai merengek-rengek lalu situasinya sangat menekan. Istilah populernya adalah pengoptimalan kemampuan the power of kepepet. Canggih!

‘PING!!!’ kembali BBku bergetar

‘Kak, berangkat sekarang yuk. Mereka udah nunggu di pertigaan gombel. Di bawah papan Mc D katanya’ sambung BBMnya Tala.
‘oke, aku capcus sekarang dan ajakin rizgie juga’ balasku buru-buru.
Sudah kepalang tanggung janji. Yasudah, aku tinggalkan garapan skripsiku dengan niat ibadah yang lain. nemenin tamu dari Bogor, semoga Allah meridhoi. Bergegas ganti celana dan kaos batik santai. kupersiapkan kuda biruku, kupanasi dan sedikit membasahi rambutku yang kering.
Lokasi TKP tak begitu jauh dari kosan. Deket banget malah, jalanan yang biasa kulewati. Dari kejauhan, aku melihat sosok pria bekaus kerah putih, celana pendek jins, beransel dan berjepit.

Sedikit ragu, wow gaul sekali astern kita kali ini, pemirsa! Dengan berbekal minimnya informasi dari Tala sebelumnya, aku yakin-yakin saja
Tapi sebentar, untuk memastikan aku BBM Tala dulu saja, ‘Tal, tanyain mas Nico, dia pake kaos putih bukan?’

Tak langsung dibalas. Semenit dua menit, Cuma baru D, belum di baca. Ah, sepertinya sudah otw dia.
Sampai sekitar 7 menitan aku tunggu. Kuberanikan diri untuk mendekati pria putih agak berisi itu. Resiko terbesar toh paling malu atau acting aja salah orang. Wokay, akupun mantab mendekat, dan lebih mendekat.

“Mas Nico ya?” to the point sekali aku.
Mas nya kaget, “Eh, bukan. Saya Rizky temennya Nico. Kamu temennya si Tala?”
Aha! Biarpun bukan mas Nico, paling tidak aku tak perlu malu dan berakting salah orang. Kemana mas nico? Oh, ternyata sedang pergi ke apotik katanya.

Akhirnya sembari menunggu, kami ngobrol sekedar dan seadanya. Wajar seperti orang baru kenal. Kok bisa ke Semarang? Gimana, Semarang enak? Bla bla bla bla…..

“Itu orangnya” celetuk Rizky seketika.

Sesosok berjalan perlahan menuju kami. Haha, bener kata Tala. Dari penampilan memang sudah ketebak orangnya asyik. Let me check. Haha. Dari penampilan oke lah ya. Kacamata frame tebal ala Afghan. Ramut jabrik semi rapih spiky ala Sammy Krispatih. Paduan celana jins sedikit bolong dan polo shirt. Ransel dan sepatu orang travelling.

Sebelum kami bersalam semutan. Suara bassnya menggelegar menyapa, “Assalamualaikum, Nico...”
Suaranya khas para trainer. Tertata dan terdengar empuk sekali. Artikulasinya kadang patah-patah, beat bicaranya naik turun penuh tempo-tempo cepat. Sangat penyiar sekali memang. Terlalu keren untuk seorang astern kelas regular dimana audiensnya adalah lebih pas disebut jamaah pengajian jumat sore. Hahaha.

Setelah personil semua terkumpul. Kita tentukan mau dibawa kemana jalan-jalan kita kali ini. ternyata mas Nico janjian sama temennya di Mall. Lets Go lah kita ke Mall dengan komposisi aku bareng mas Nico, Rizqie bersama Rizky (haha duo riski) dan Tala memilih sendiri.

Belum 5 menit kami kenal, banyak sekali cerita yang sudah dia bagi mengenai aktivitasnya sehari-hari. Luar biasa. Ternyata sudah lama juga dia bersiaran, seorang guru juga, dan pekerja sosial. Dia bina anak-anak kurang mampu untuk bersekolah. Wow, cita-cita yang juga pernah aku miliki. Wokay, hari ini Allah mengganti kegiatan belajarku dari sang praktisinya secara langsung.

Tak terasa, banyak sekali dia bercerita. Sampai di Mall, kita menunggu temannya yang sedang dalam perjalanan.

Tak lama, sesosok pria mirip Vicky Notonegoro (aktor FTV) bertopi datang. Mas Nico pura-pura tak melihat, dia berbalik badan, kemudian mundur menabrakkan diri ke pria bertopi itu, namanya mas Sinung. Doorrr. Bertemulah dua sahabat itu akhirnya.

Akhirnya, obrolan kami lanjutkan di meja makan. Kami asyik dengan obrolan masing-masing dan kocak mendengarkan sesekali mas Nico bercerita pengalaman-pengalamannya. Ternyata mas Sinung dan Mas Nico bertemu saat audisi Indonesian Idol. Huahaha. Okay, mereka jago nyanyi. Bahkan, mas Sinung pernah membetuk band dan sempat rekaman. Namun sekarang vakum dan dia focus dengan pekerjaannya di WO (wedding organizer).

Pemandangan pertama yang membuat aku belajar di mulai dari sini. Ketika kami memesan sejumlah makanan. Secara psikologis, kami yang lebih muda adalah pamali kalau mentraktir. Maka dari itu, terjadilah perebutan antara Sinung dan Nico. Berebutan untuk mentraktir. Lempar-lemparan duit, dorong-dorongan saat di kasir. Fiuhh, beda sekali dengan mental-mental mahasiswa jaman sekarang. sama-sama berebut sih, tapi berebut minta ditraktir dan selalu suka gratisan!
Meja kami sempat menjadi perhatian dan gumaman para pelayan resto. Cukup lama kami nongkrong disitu. Namun setelah agak bosan, kami memutuskan untuk jalan. Keliling mall. Pekerjaan yang sebenarnya sangat tak kusuka. Cuma bisa liat barang-barang bagus namun tak sanggup membeli.

Sampai di tempat gift and souvenir. Kami menerobos di semak-semak etalase mainan dan pernak-pernik lucu. Dasarnya memang orang aneh—out of the box, mas Nico membeli tumbler warna pink bergambar micky mouse. unyu dan terlihat sangat girly. Perbuatan itu membuatnya harus menerima cibiran dan picingan mata dari kami. tapi toh dia santai, lucu kok, pengen yang beda aja, begitu katanya.

Kita lanjut perjalanan. Lantai satu sudah kami jajahi, pindah lantai dua, terus tiga. Sesekali mampir ke asesoris HP, nyebrang jembatan pindah mall, sampai sore mengahbiskan waktu. Setelah sempat terpisah dan keluyuran sendiri-sendiri, inilah pemandangan kedua yang membuat kami belajar lagi.

Saat perpisahan dua sahabat, sinung dan nico.
“Gue pamit pulang dulu ya, abel udah nunggu di rumah.” Abel itu anaknya mas Sinung.
“Serius pulang? Nggak ikut kita sholat dulu? hahaha.” Balas mas Nico.
“Haha, duluan yah.” Mas Sinung terlihat semakin buru-buru.
“Eh, bentar! Nih gue ada sesuatu buat eloh.” Sambil mbuka tas ransel milik mas Rizky, mas Nico mengambil sesuatu itu.
“Karena gue gak tahu apa yang elo suka, bingung juga mau beli apa, yaudah bodo, ini aja buat elo.” Oh, bungkusan roti tambaknya.
“Sama ini, buat abel!” Dia memasukkan tumbler pink keramat itu! What?!! Oh no. Speechless. Muka kami serentak sepakat datar, melting, wow, seperti ada embun yang menetes di atas ubun-ubun. So sweet!
Okay. Kami shock. Saling berpandangan. Mendapati something yang nice. Aku, Tala, Rizqie senyam-senyum sendiri kayak orang gila. “Gila nih orang baik banget! Pinter aja menjalin hubungan sama orang!” pekik Rizqie di sela-sela selesai sholat.

Kita lanjut perjalanan.
Sebelum ke bandara, adalah kita go to tempat oleh-oleh.

Mas Rizky dan mas nico berhamburan kemana-mana. Rizqie menarik tanganku dan berbisik, “Cuy, nggak usah deket-deket sama mas Nico. Tar dibeli-beliin. Gak enak banget kan. Tadi aja gue udah ditawarin mau beli apa. Gak ah. Tar ngerepotin.” Well, kita memilih untuk duduk-duduk saja.

Wow, belanjaan oleh-olehnya banyak banget.

Singkat cerita, setelah selesai sholat dan menunggu sedikit redanya ujan. Kami capcus ke bandara. Masih ada saja bahan obrolan yang didesiskan mas Nico. Aku senang-senang aja dengerin orang cerita. Hingga di bandara, inilah kali ketiga pemandangan itu terulang lagi.

“Udah ya, kita check in dulu. kabar-kabari kalau ke Bogor. Harus!” Cakap mas Nico mengakhiri obrolan kita malam itu.
Cepat sekali waktu berlalu. Saatnya berpisah.

“Terimakasih udah mau nyempetin waktunya buat muter-muter bareng kita! Aku gak tahu bisa bales apa ke kalian. Dan, ini tolong dibawa, gue gak ngerti deh kalian suka apa nggak. Dibagi sama temen-temen yang lain ya gimana caranya.” Dia julurkan salah satu bungkusan oleh-oleh yang tadi dibelinya.

Oke, Fine! Lagi-lagi. So sweet itu kembali terjadi. Kami sempat tak mau menerima.

Hening sejenak.
Aku raih plastik putih berisi beberapa rerotian itu. Tentunya akan sangat menyakitkan ketika kami tak menerimanya. Aku tak mau merusak perpisahan kami ini. #alah.

Terimakasih banyak mas.
Hari itu, benar-benar menyentuh energi terdalamku untuk wake up.
Begitulah kiranya. Pelajarannya adalah menghargai orang lewat hal-hal kecil. Kecil perlakuannya namun besar efeknya. Terbukti memori 27 November itu tak akan pernah terlupakan.

Aku, Tala dan Rizqie masih setia di Bandara menunggu hujan reda. Obrolan demi obrolan mengalir kesana-kemari. Curhat, berbagi kearifan, haha-hihi, sampai janji-janji mulai sempat terlontar. Tetesan hujan ini menambah lengkap berkahnya malam itu. Kami bertiga melihat pelangi di malam hujan itu. Warna pinknya begitu melekat.

Subhanallah, tumbler warna pink.



No comments:

Post a Comment